BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Masalah
Protein
merupakan senyawa polimer yang terbentuk dari monomer-monomer asam amino yang
dihubungkan langsung oleh ikatan peptida antara asam amimo satu dengan asam
amino lainnya. Asam amino tersusun dari unsur C, H, O N, dan kadang-kadang S
serta P. Asam amino terdiri dari satu gugus karboksil (-COOH), satu gugus amino
(-NH2), satu atom H, dan satu gugus radikal (-R). Protein merupakan komponen
yang sangat penting dalam proses metabolime darah. Protein termasuk
makromolekul penyusun bagian terbesar tubuh setelah air, yaitu seperlima bagian
tubuh. Protein dapat kita peroleh dari hewan (protein hewani) maupun tumbuhan (protein
nabati). Sumber protein hewani antara lain ikan, daging, susu, dan telur,
sedangkan sumber protein nabati antara lain padi-padian, kacang-kacangan, dan
sayuran.
Manfaat protein
bagi tubuh kita sangatlah banyak. Protein sangat mempengaruhi proses
pertumbuhan tubuh kita. Diantara manfaat protein tersebut adalah sebagai
berikut: Sebagai enzim. Protein memiliki peranan yang besar untuk mempercepat
reaksi biologis. Sebagai alat pengangkut dan penyimpan. Protein yang terkandung
dalam hemoglobin dapat mengangkut oksigen dalam eritrosit; zat pembangun yang
meliputi mengadakan pertumbuhan, pemeliharaan, dan perbaikan struktur (sel, jaringan,
dan organ); menjaga keseimbangan cairan tubuh; menyediakan sumber energi (1
gram protein menghasilkan 4,1 kalori); dan mendetoksifikasi zat-zat asing yang
masuk ke dalam tubuh.
Pada intinya
tubuh kita membutuhkan gizi protein yang cukup untuk beraktivitas. Rata-rata standar kecukupan gizi sehari adalah
45 gram. Tingkat kebutuhan protein dipengaruhi oleh bobot dan ukuran badan,
umur, jenis kelamin, penyakit, satuan gizi makan, kondisi tubuh, sifat protein
yang dimakan, masa kehamilan, dan status emosional. Bila tubuh kekurangan atau
kelebihan protein maka akan mengalami gangguan kesehatan kemudian menjadi
penyakit kekurangan atau kelebihan protein. Umumnya hal ini disebabkan oleh pola
makan yang tidak sehat. Kekurangan protein banyak terdapat pada masyarakat
sosial ekonomi rendah. Kekurangan protein murni pada stadium berat menyebabkan
Kwasiorkor pada anak-anak di bawah lima tahun (balita). Setidaknya ada 4 faktor
yang melatarbelakangi penyakit kurang kalori protein (KKP), yaitu: masalah
sosial, ekonomi, biologi, dan lingkungan. Kemiskinan, salah satu determinan
sosial-ekonomi, merupakan akar ketiadaan pangan, tempat mukim yang berjejalan,
kumuh, dan tidak sehat serta ketidakmampuan mengakses fasilitas kesehatan.
Komponen biologi yang menjadi latar belakang KKP, antara lain, malnutrisi,
penyakit infeksi, serta diet rendah energi dan protein. Berawal dari hal
tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji pengaruh protein sebagai agen penyakit,
contoh penyakit, dan penanganannya.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas,
maka rumusan masalah yang diangkat penulis untuk dikembangkan dalam makalah ini
adalah (1) Bagaimana pengaruh protein sebagai agen
penyakit; (2) apa saja contoh penyakit
yang ditimbulkan, penyebab, penanganan, dan pencegahannya; (3) bagaimana
tips yang seharusnya dilakukan kita untuk menghindari penyakit yang ditimbulkan
oleh protein?
1.3
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini
adalah untuk (1) Mengetahui bagaimana pengaruh
protein sebagai agen penyakit; (2) menggali informasi tentang contoh
penyakit yang ditimbulkan, penyebab, penanganan, dan pencegahannya; (3) mengaplikasikan tips yang seharusnya
dilakukan kita untuk menghindari penyakit yang ditimbulkan oleh protein.
1.4
Pengorganisasian
Makalah
Adapun pengorganisasian dari
penulisan makalah ini terdiri dari 4 bab yaitu :
Bab I : Pendahuluan yang terdiri dari latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, dan pengorganisasian
makalah.
Bab II : Tinjauan Teori yang terdiri dari protein
yang meliputi definisi, fungsi, dan macam serta contoh penyakit akibat kekurangan
dan kelebihan protein.
Bab
III : Pembahasan yang terdiri dari pengaruh
protein sebagai agen penyakit, contoh
penyakit yang ditimbulkan, penyebab, penanganan, dan pencegahannya, dan tips yang seharusnya dilakukan kita
untuk menghindari penyakit yang ditimbulkan oleh protein.
Bab IV : Penutup
yang terdiri dari simpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Protein
2.1.1 Definisi
Protein
Protein
merupakan suatu senyawa polimer yang dibentuk dari monomer-monomer asam amino
yang dihubungkan oleh ikatan peptida antara asam amino satu dengan yang
lainnya. Sifat dari berbagai macam protein tergantung pada jumlah asam amino
yang menyusunnya, disamping itu juga dipengaruhi oleh rantai samping dari
masing-masing asam amino. (Tim Dosen Biokimia, 2011)
Protein adalah senyawa organik yang
banyak dijumpai kalam semua makhluk hidup. Protein terdiri dari karbon,
hydrogen dan nitrogen dan umumnya juga mengandung sulfur. Molekulnya berkisar
antara 6000 hingga jutaan. Satu molekul protein terdiri dari rantai panjang
polipeptida. Polipeptida ini berasal dari asam. Asam amino yang salain berikatan
dengan urutan yang khas. Ikantan teratur yang berurutan ini dinamakan struktur
primer protein. Polipeptida dapat melipat atau menggulung yang menyebabkan
timbulnya struktur sekunder. Struktur tersier asam amino berbentuk tiga dimensi
dari polipeptida yang menggulung atau melipat ini. Struktur kuartener muncul
polipeptida yang terlibat. Pemanasan dengan suhu diatas 500C atau pemberian
asam basah kuat akan membuat protein kehilangan struktur tersiernya yang khas.
Hal ini juga dapat menimbulkan koagulat yang tak larut (misalnya patih telur).
Proses ini dapat membuat sifat hayatinya menjadi tidak aktif. (Tanti, 2009)
Setiap sel yang hidup tersusun oleh
protein. Protein merupakan bahan pembangun tubuh yang utama. Protein tersusun
atas senyawa organic yang mengandung unsur-unsur karbon, hydrogen, oksigen, dan
nitrogen. Unsur nitrogen (N) adalah ciri protein yang membedakan dari
karbohidrat dan lemak. Protein merupakan bahan baku sel dan jaringan karena
merupakan komponen penting dari otot, kulit, dan tulang. (Kus Irianto &
Kusno Waluyo, 2002)
2.1.2
Macam
Protein
Bahan
sumber protein umumnya digunakan sebagai lauk-pauk. Protein dibedakan menjadi
dua, yaitu: (1) Protein hewani: daging, ikan, telur, hati, dan susu, (2) Protein
nabati: tempe, tahu, dan kacang-kacangan. (Saleh Alkhatiri, 1996)
2.1.3
Fungsi
Protein
Fungsi protein bagi tubuh manusia
antara lain: (1) Zat pembangun atau pembentukan sel-sel baru, mengganti sel-sel
yang rusak, (2) Bahan pembentuk hormon atau antibodi enzim, (3) Pengaturan proses dalam tubuh, (4)
Zat tenaga, (5) Transportasi (Hb dalam darah), (6) Pembekuan darah dan
mempengaruhi keturunan. (Saleh Alkhatiri, 1996)
2.2 Contoh
Penyakit Akibat Kekurangan atau Kelebihan Protein
Kekurangan protein berlarut-larut
pada bayi dan anak disebut Kwashiorkor dengan tanda-tanda: (1)
Rambut merah jagung, mudah rontok, dan jarang (2) Mata cekung takut sinar dapat
juga hermolopis/ Xeropthalamie, (3) Inelastis pada lengan, pantat dan paha,
kadang-kadang terlihat bengkak, (4) Bila menangis tidak kedengaran suaranya.
(Saleh Alkhatiri, 1996)
Protein sangat dibutuhkan tubuh
sebagai zat pembangun, dan selain itu protein juga berpengaruh terhadap kadar
kolesterol darah. (Kartini Sukardji, 2003)
Dalam wikipedia dijelaskan bahwa Hypermeramonemia
adalah gangguan metabolisme yang disebabkan kelebihan ammonia dalam darah.
Amonia adalah zat yang mengandung nitrogen. Ini merupakan produk dari
katabolisme dari protein.
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1 Pengaruh Protein sebagai Agen Penyakit
3.1.1 Definisi Penyakit
Penyakit
adalah kegagalan mekanisme adaptasi suatu
organisme untuk bereaksi secara tepat terhadap rangsangan atau tekanan sehingga
timbul gangguan pada fungsi atau struktur
dari bagian, organ atau sistem dari tubuh (Gold Medical Dictionery).
Penyakit adalah
sesuatu yang menyebabkan terjadinya gangguan pada mahluk hidup atau gangguan
kesehatan yang disebabkan oleh bakteri, virus atau kelainan sistem faal atau
jaringan pada organ tubuh mahluk hidup. (Tim Penyusun Pusat Kamus,2007)
Menurut
Bauman (1965), penyakit adalah istilah medis
yang digambarkan sebagai gangguan dalam fungsi tubuh yang menghasilkan
berkurangnya kapasitas.
3.1.2 Definisi Agen Penyakit
Agen
penyakit adalah substansi tertentu yang karena kehadiran atau ketidak
hadirannya dapat menimbulkan atau mempengaruhi perjalanan suatu penyakit. Agen
penyakit dapat berupa benda hidup atau mati dan faktor mekanis, namun
kadang-kadang untuk penyakit tertentu, penyebabnya tidak diketahui seperti pada
penyakit ulkus peptikum, penyakit jantung koroner dan lain-lain. Agen penyakit
dapat dilklasifikasikan menjadi enam kelompok yaitu:
a. Agen Biologis
Virus, bakteri, fungi, riketsia,
protozoa dan metazoa.
b. Agen Nutrisi
Protein, lemak, karbohidrat, vitamin,
mineral dan lainnya.
c. Agen Fisik
Panas, radiasi, dingin, kelembaban,
tekanan, cahaya dan kebisingan.
d. Agen Kimiawi
Dapat bersifat endogen seperti asidosis,
diabetes (hiperglikemia), uremia dan bersifat eksogen seperti zat kimia,
alergen, gas, debu dan lainnya.
e. Agen Mekanis
Gesekan, benturan, pukulan yang dapat
menimbulkan kerusakan jaringan pada tubuh host (pejamu).
f. Agen Sosial Budaya
Tingkat pendidikan/pengetahuan keluarga,
perilaku/kebiasaan masyarakat, adat istiadat, kepercayaan,dan lain-lain.
3.1.3 Bagaimana Protein Dapat Menjadi Agen
Penyakit?
Sampai
dengan Repelita V pada zaman orde baru, KKP masih merupakan masalah gizi utama
di Indonesia. Sebanyak 10,8 % balita dinyatakan masih menderita gizi kurang dan
gizi buruk. Pada orang dewasa KKP terdapat diantara wanita hamil dan menyusui
terutama yang berpenghasilan rendah. Keadaan KKP tersebut secara langsung dan
tidak langsung menyebabkan tingginya angka kematian bayi dan anak, sedankan
pada wanita hamil menyebabkan tingginya angka kelahiran bayi dengan berat lahir
rendah.
Perilaku
dan cara hidup manusia dapat merupakan penyebab bermacam-macam penyakit baik di
zaman primitif maupun di masyarakat yang sudah sangat maju peradaban dan
kebudayaannya.
Ditinjau dari segi biologis
penyakit merupakan kelainan berbagai organ tubuh manusia, sedangkan dari segi
kemasyarakatan keadaan sakit dianggap sebagai penyimpangan perilaku dari
keadaan sosial yang normatif.
Banyak
hal dalam masyarakat yang memberikan dampak terhadap kesehatan pada diri bahkan
ke masyarakat itu sendiri contohnya gizi.
Jika
kita berbicara tentang gizi, maka yang terpikir oleh kita adalah semua makanan
yang kita makan. Ditinjau dari aspek sosial budaya, Koentjaraningrat
menyebutkan bahwa makanan yang kita makan dapat dibedakan menjadi dua konsep,
yaitu nutrimen dan makanan.
Nutrimen adalah
suatu konsep biokimia yang berarti zat-zat dalam makanan yang menyebabkan bahwa
individu yang memakannya dapat hidup dan berada dalam kondisi kesehatan yang
baik. Makanan dikatakan sebagai suatu konsep kebudayaan, yaitu merupakan
bahan-bahan yang telah diterima dan diolah secara budaya untuk dimakan, sesudah
melalui proses penyiapan dan penyuguhan yang juga secara budaya, agar dapat
hidup dan berada dalam kondisi kesehatan yang baik.
Sebagai contoh kekurangan
salah satu gizi yaitu kurang kalori protein banyak terdapat pada masyarakat sosial
ekonomi rendah. Kekurangan protein murni pada stadium berat menyebabkan
Kwasiorkor pada anak-anak di bawah lima tahun (balita). Kekurangan protein
sering ditemukan secara bersamaan dengan kekurangan energi yang menyebabkan
kondisi yang dinamakan Marasmus.
Di seluruh
dunia, penyebab paling umum dari gizi buruk adalah asupan makanan tidak
memadai. Prasekolah anak usia di negara berkembang sering beresiko untuk gizi
buruk karena ketergantungan mereka pada orang lain untuk makanan, peningkatan
kebutuhan protein dan energi, sistem kekebalan tubuh belum matang menyebabkan
kerentanan lebih besar terhadap infeksi, dan paparan kondisi nonhygienic.
Faktor lain yang
signifikan adalah tidak efektif menyapih sekunder ketidaktahuan, kebersihan
yang buruk, faktor ekonomi, dan faktor budaya. Prognosis lebih buruk bila
kekurangan energi protein terjadi dengan infeksi HIV. Infeksi saluran
pencernaan dapat dan sering endapan klinis kekurangan energi protein karena
diare yang berhubungan, anoreksia, muntah, peningkatan kebutuhan metabolik, dan
penurunan penyerapan usus. Infeksi parasit memainkan peran utama di banyak
bagian dunia.
Di negara maju,
asupan makanan tidak memadai adalah penyebab yang kurang umum dari gizi buruk,
kekurangan energi protein lebih sering disebabkan oleh penurunan penyerapan
atau metabolisme abnormal. Dengan demikian, di negara maju, penyakit, seperti
cystic fibrosis, gagal ginjal kronis, keganasan masa kanak-kanak, penyakit
jantung bawaan, dan penyakit neuromuskuler, berkontribusi kekurangan gizi. Fad
diet, manajemen yang tidak tepat alergi makanan, dan penyakit kejiwaan, seperti
anoreksia nervosa, juga dapat menyebabkan parah kekurangan energi protein.
Populasi di
kedua fasilitas perawatan akut dan jangka panjang beresiko untuk penurunan
berat badan yang signifikan secara klinis paksa (IWL) yang dapat mengakibatkan
kekurangan energi protein. IWL didefinisikan sebagai hilangnya 4,5 kg atau
lebih besar dari 5% dari berat badan yang biasa selama periode 6-12 bulan.
Kekurangan energi protein terjadi ketika penurunan berat badan lebih besar dari
10% dari berat badan normal terjadi.
Orang-orang tua
sering mengalami kekurangan gizi, penyebab umum yang meliputi nafsu makan
berkurang, ketergantungan pada bantuan untuk makan, gangguan kognisi dan / atau
komunikasi, posisi yang buruk, penyakit akut yang sering dengan kerugian
gastrointestinal, obat-obat yang penurunan nafsu makan atau meningkatkan
kerugian gizi, polifarmasi, penurunan rasa haus respon, penurunan kemampuan
berkonsentrasi urin, restriksi cairan disengaja karena takut inkontinensia atau
tersedak jika dysphagic, faktor psikososial seperti isolasi dan depresi,
monoton diet, lebih tinggi persyaratan kepadatan nutrisi, dan tuntutan lainnya
dari usia, penyakit, dan penyakit pada tubuh.
3.2 Contoh Penyakit yang Ditimbulkan,
Penyebab, dan Penanganannya
3.2.1 Penyakit Akibat Kekurangan Protein bagi
Tubuh (KEP)
Secara
klinis KEP terdapat dalam 3 tipe yaitu :
(1) Kwashiorkor, ditandai dengan : edema, yang dapat terjadi di seluruh tubuh,
wajah sembab dan membulat, mata sayu,
rambut tipis, kemerahan seperti rambut jagung, mudah dicabut dan rontok, cengeng, rewel dan apatis,
pembesaran hati, otot mengecil (hipotrofi), bercak merah ke coklatan di kulit dan mudah
terkelupas (crazy pavement dermatosis), sering disertai penyakit infeksi
terutama akut, diare dan anemia; (2) Marasmus, ditandai dengan : sangat kurus,
tampak tulang terbungkus kulit, wajah seperti orang tua, cengeng dan rewel,
kulit keriput, jaringan lemak sumkutan minimal/tidak ada, perut cekung, iga
gambang, sering disertai penyakit infeksi dan diare; (3) Marasmus kwashiorkor, campuran gejala
klinis kwashiorkor dan marasmus.
3.2.1.1 Kwashiorkor
Kwashiorkor adalah bentuk gizi buruk
yang terjadi pada anak-anak. Kwashiorkor umum terjadi di daerah yang dilanda
kelaparan, kurang persedian makanan, atau rendahnya tingkat pendidikan (ketika
orang tidak mengerti bagaimana untuk makan diet yang baik).
Kwashiorkor disebabkan
oleh rendahnya protein. Hal ini juga dapat disebabkan oleh infeksi, parasit
atau kondisi lain yang mengganggu penyerapan protein pada saluran pencernaan.
Gejala umum yang bisa diketahui
antara lain: perubahan dalam pigmen kulit, koma (tahap akhir, penurunan massa
otot, diare, kegagalan untuk menambah berat badan dan tumbuh, kelelahan,
perubahan rambut (perubahan warna atau tekstur), peningkatan dan infeksi yang
lebih parah karena rusaknya sistem kekebalan, perut besar yang menempel keluar
(menonjol), kelesuan atau apatis, kehilangan massa otot, ruam (dermatitis),
shock (tahap akhir), pembengkakan (edema).
Untuk
penanganganannya penderita perlu mendapatkan lebih banyak kalori dan protein.
Namun, anak-anak yang memiliki kondisi ini tidak akan pernah mencapai
pertumbuhan maksimal. Perawatan tergantung pada keparahan kondisi. Orang-orang
yang shock perlu penanganan segera untuk memulihkan volume darah dan menjaga
tekanan darah. Kalori pertama diberikan dalam bentuk karbohidrat, gula, dan
lemak. Protein adalah dimulai setelah sumber-sumber kalori lainnya sudah
menyediakan energi. Suplemen vitamin dan mineral penting. Karena orang akan
telah tanpa banyak makanan untuk jangka waktu lama, makan dapat menyebabkan
masalah, terutama jika kalori yang terlalu tinggi pada awalnya. Makanan harus
diperkenalkan kembali perlahan-lahan. Karbohidrat pertama diberikan untuk
memasok energi, diikuti oleh makanan yang mengandung protein.
3.2.1.2 Marasmus
Marasmus berasal dari kata Yunani yang berarti
wasting merusak . Marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang
terutama akibat kekurangan kalori yang berat dan kronis terutama terjadi selama
tahun pertama kehidupan dan mengurusnya lemak bawah kulit dan otot. Marasmus
adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori protein.
Marasmus umumnya merupakan penyakit
pada bayi (12 bulan pertama), karena terlambat diberi makanan tambahan. Hal ini
dapat terjadi karena penyapihan mendadak, formula pengganti ASI terlalu encer
dan tidak higienis atau sering terkena infeksi. Marasmus berpengaruh dalam waku
yang panjang terhadap mental dan fisik yang sukar diperbaiki. Penyebab utama
marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi karena : diet yang tidak
cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat atau karena kelainan metabolik dan
malformasi kongenital.
Pada mulanya ada
kegagalan menaikkan berat badan, disertai dengan kehilangan berat badan sampai
berakibat kurus,dengan kehilangan turgor pada kulit sehingga menjadi berkerut
dan longgar karena lemak subkutan hilang dari bantalan pipi, muka bayi dapat
tetap tampak relatif normal selama beberaba waktu sebelum menjadi menyusut dan
berkeriput. Abdomen dapat kembung dan datar. Terjadi atropi otot dengan akibat
hipotoni. Suhu biasanya normal, nadi mungkin melambat, kemudian lesu dan nafsu
makan hilang. Biasanya terjadi konstipasi, tetapi dapat muncul apa yang disebut
diare tipe kelaparan, dengan buang air besar sering, tinja berisi mucus dan
sedikit.
Kurang
kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein, atau
keduanya tidak tercukupi oleh diet. Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh
selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau
energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak
merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat
(glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar,
sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga
setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme protein
terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah
jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selama puasa jaringan lemak dipecah
menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam
lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini
berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai memecah protein
lagi seteah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh.
Penyakit
akibat kurang konsumsi protein ini dapat ditangani dengan menyeimbangankan antara
kebutuhan tubuh dan asupan zat gizi esensial. Marasmus adalah salah satu bentuk
gizi buruk yang sering ditemui pada Balita.
Secara
ringkas penyebab penyakit marasmus multifaktorial antara lain masukan makanan
yang kurang, faktor penyakit dan faktor lingkungan serta ketidaktahuan untuk
memilih makanan yang bergizi dan keadaan ekonomi yang tidak menguntungkan. Diagnosis
ditegakkan berdasarkan gambaran klinis; untuk menentukan penyebab perlu anamnesis
makanan dan penyakit lain. Pencegahan terhadap marasmus ditujukan kepada
penyebab dan memerlukan pelayanan kesehatan dan penyuluhan yang baik. Pengobatan
marasmus ialah pemberian diet tinggi kalori dan tinggi protein dan penatalaksanaan
di rumah sakit yang dibagi atas: tahap awal, tahap penyesuaian dan rehabilitasi.
3.2.1.3 Edema
Edema (oedema) atau sembab adalah
meningkatnya volume cairan ekstraseluler dan ekstravaskuler (cairan interstitium)
yang disertai dengan penimbunan cairan abnormal dalam sela-sela jaringan dan
rongga serosa (jaringan ikat longgar dan rongga-rongga badan). Edema dapat
bersifat setempat (lokal) dan umum (general).
Edema yang bersifat lokal seperti
terjadi hanya di dalam rongga perut (hydroperitoneum atau ascites), rongga dada
(hydrothorax), di bawah kulit (edema subkutis atau hidops anasarca),
pericardium jantung (hydropericardium) atau di dalam paru-paru (edema
pulmonum). Sedangkan edema yang ditandai dengan terjadinya pengumpulan cairan
edema di banyak tempat dinamakan edema umum (general edema).
Cairan edema diberi istilah
transudat, memiliki berat jenis dan kadar protein rendah, jernih tidak berwarna
atau jernih kekuningan dan merupakan cairan yang encer atau mirip gelatin bila
mengandung di dalamnya sejumlah fibrinogen plasma.
Penyebab (causa) edema adalah adanya
kongesti, obstruksi limfatik, permeabilitas kapiler yang bertambah,
hipoproteinemia, tekanan osmotic koloid dan retensi natrium dan air.
a.
Adanya Kongesti
Pada kondisi vena yang terbendung
(kongesti), terjadi peningkatan tekanan hidrostatik intra vaskula (tekanan yang
mendorong darah mengalir di dalam vaskula oleh kerja pompa jantung) menimbulkan
perembesan cairan plasma ke dalam ruang interstitium. Cairan plasma ini akan
mengisi pada sela-sela jaringan ikat longgar dan rongga badan (terjadi edema).
b.
Obstruksi Limfatik
Apabila terjadi gangguan aliran
limfe pada suatu daerah (obstruksi/penyumbatan), maka cairan tubuh yang berasal
dari plasma darah dan hasil metabolisme yang masuk ke dalam saluran limfe akan
tertimbun (limfedema). Limfedema ini sering terjadi akibat mastek-tomi radikal
untuk mengeluarkan tumor ganas pada payudara atau akibat tumor ganas
menginfiltrasi kelenjar dan saluran limfe. Selain itu, saluran dan kelenjar
inguinal yang meradang akibat infestasi filaria dapat juga menyebabkan edema
pada scrotum dan tungkai (penyakit filariasis atau kaki gajah/elephantiasis).
c.
Permeabilitas Kapiler yang Bertambah
Endotel kapiler merupakan suatu
membran semi permeabel yang dapat dilalui oleh air dan elektrolit secara bebas,
sedangkan protein plasma hanya dapat melaluinya sedikit atau terbatas. Tekanan
osmotic darah lebih besar dari pada limfe.
Daya permeabilitas ini bergantung
kepada substansi yang mengikat sel-sel endotel tersebut. Pada keadaan tertentu,
misalnya akibat pengaruh toksin yang bekerja terhadap endotel, permeabilitas
kapiler dapat bertambah. Akibatnya ialah protein plasma keluar kapiler,
sehingga tekanan osmotic koloid darah menurun dan sebaliknya tekanan osmotic
cairan interstitium bertambah. Hal ini mengakibatkan makin banyak cairan yang
meninggalkan kapiler dan menimbulkan edema. Bertambahnya permeabilitas kapiler
dapat terjadi pada kondisi infeksi berat dan reaksi anafilaktik.
d.
Hipoproteinemia
Menurunnya jumlah protein darah
(hipoproteinemia) menimbulkan rendahnya daya ikat air protein plasma yang
tersisa, sehingga cairan plasma merembes keluar vaskula sebagai cairan edema.
Kondisi hipoproteinemia dapat diakibatkan kehilangan darah secara kronis oleh
cacing Haemonchus contortus yang menghisap darah di dalam mukosa lambung
kelenjar (abomasum) dan akibat kerusakan pada ginjal yang menimbulkan gejala
albuminuria (proteinuria, protein darah albumin keluar bersama urin) berkepanjangan.
Hipoproteinemia ini biasanya mengakibatkan edema umum.
e.
Tekanan Osmotic Koloid
Tekanan osmotic koloid dalam
jaringan biasanya hanya kecil sekali, sehingga tidak dapat melawan tekanan
osmotic yang terdapat dalam darah. Tetapi pada keadaan tertentu jumlah protein
dalam jaringan dapat meninggi, misalnya jika permeabilitas kapiler bertambah.
Dalam hal ini maka tekanan osmotic jaringan dapat menyebabkan edema.
Filtrasi cairan plasma juga mendapat
perlawanan dari tekanan jaringan (tissue tension). Tekanan ini berbeda-beda
pada berbagai jaringan. Pada jaringan subcutis yang renggang seperti kelopak
mata, tekanan sangat rendah, oleh karena itu pada tempat tersebut mudah timbul
edema.
f.
Retensi Natrium dan Air
Retensi natrium terjadi bila eksresi
natrium dalam kemih lebih kecil dari pada yang masuk (intake). Karena
konsentrasi natrium meninggi maka akan terjadi hipertoni. Hipertoni menyebabkan
air ditahan, sehingga jumlah cairan ekstraseluler dan ekstravaskuler (cairan
interstitium) bertambah. Akibatnya terjadi edema.
Retensi natrium dan air dapat
diakibatkan oleh factor hormonal (penigkatan aldosteron pada cirrhosis hepatis
dan sindrom nefrotik dan pada penderita yang mendapat pengobatan dengan ACTH,
testosteron, progesteron atau estrogen).
3.2.1.4 Rambut
Rontok
Terjadinya
keromtokan rambut disebabkan karena perubahan hormone, iritasi, atau kerusakan,
beberapa lubang rambut kulit kepala fase pertumbuhan yang pendek dan memprodksi
rambut yang lebih tipis. Penyebab lainnya kurang gizi, penyakit lain seperti
diabetes dan lupus yang menyebabkan kerontokan, perubahan hormone, perawatan
rambut yang tidak tepat, dan lainnya.
Perubahan
hormonal, iritasi atau kerusakan, fase pertumbuhan beberapa folikel rambut
lebih pendek dan menghasilkan rambut yang lebih tipis dan lebih pendek. Setiap
orang mengalami siklus rambut yang berbeda-beda. Secara umum pertumbuhan rambut
dikepala disebut Anagen, yang dapat berlangsung selama 2-3 tahun. Selama
berlangsungnya fase pertumbuhan rambut tersebut dari rambut rontok, rambut
tumbuh kurang dari 2 inci setiap bulannya dengan waktu jeda yang disebut
Telogen. Dalam fase telogen berlangsung selama 3-4 bulan. Pada fase jeda ini
rambut akan mengalami kerontokan dan kemudian digantikan dengan tumbuhnya
rambut baru.
Pada
umumnya, rambut rontok mengalami kerontokan 50-100 helai setiap harinya.
Dibandingkan rambut yang berjumlah 100.000 helai di setiap kepala, tetapi tidak
menyebabkan penipisan rambut berlebih. Rambut yang mulai menipis biasanya
disebabkan oleh faktor usia yang semakin bertambah. Jika rambut yang rontok
lebih banyak daripada rambut yang tumbuh, dan jika rambut tumbuh lebih tipis
dibanding rambut yang rontok pada bagian tertentu. Infeksi seperti Ringworm
dapat menyerang rambut dan kulit kepala yang menyebabkan rambut rontok. Namun,
akan tumbuh kembali apabila infeksi tersebut telah teratasi. Ringworm sejenis
jamur yang mudah diobati dengan menggunakan obat antijamur yang dioleskan atau
diminum.
Trichotillomania
adalah sejenis penyakit yang menyerang psikologis secara mental dimana
kerontokan rambut dan tumbuhnya rambut baru menimbulkan rasa gatal yang luar
biasa mendorong rasa ingin menggaruk atau mencabut rambut. Mencabut rambut dari
kulit kepala akan menyebabkan pitak di kulit kepala. Namun penyebab utama dari
Trichotillomania masih diperlukan penelitian lebih lanjut.
Selain
itu, adapula penyebab kerontokan rambut yang disebabkan oleh keadaan tubuh yang
kekurangan nutrisi dan asupan nilai gizi lainnya seperti zat besi apabila
seseorang sedang menjalani diet keras dan tidak disiplin sehingga asupan gizi
dan komponen lainnya yang diperlukan dalam tubuh menjadi berkurang. Jenis
obat-obatan tertentu yang dikonsumsi secara terus menerus yang kemudian
menimbulkan efek samping yang menyebabkan rambut rontok pada sebagaian orang.
Pada sebagian wanita yang menggunakan alat kontrasepsi seperti pil yang diminum
juga memugkinkan adanya efek negatif pada kerontokan rambut.
Penyakit
tertentu juga memiliki peranan yang cukup besar yang menyebabkan rambut rontok
seperti penyakit kanker, diabetes mellitus, lupus, penyakit kronis dan
degeneratif lainnya yang masuk dalam stadium lanjut. Perubahan dan ketidak
seimbangan hormon tubuh juga memiliki peranan aktif dalam masalah rambut
rontok. Perubahan hormon ini dapat terjadi pada seorang wanita yang sedang
dalam masa kehamilan, seseorang yang memasuki masa menopause, efek samping
pemakaian pil kontrasepsi dan ketidak seimbangan kelenjar thyroid.
Terjadinya
perubahan hormonal ini dapat berlangsung hingga 3 bulan, setelah itu rambut
akan tumbuh kembali namun lebih lambat dibanding dengan sebelum terjadi
kerontokan rambut. Kerontokan rambut yang terjadi pada juga dapat disebabkan
oleh ketidak seimbangan dari produksi hormon testosteron yang berlebihan,
kemudian menyebabkan rambut rontok di puncak kepala.
Zat
kimia yang terkandung dalam bahan perawatan rambut seperti ketika rambut
diwarnai, dimasker, atau rambut dibuat sedemikian rupa. Mengikat rambut yang
terlalu kencang juga dapat memberikan peran serta pada kerontokan rambut. Rambut
yang ketarik terlalu kencang saat diikat membuat akar rambut menjadi tegang dan
melemah sehingga tidak menutup kemungkinan rambut mudah rapuh dan akar rambut
menjadi lemah.
Perubahan
hormonal, iritasi atau kerusakan, fase pertumbuhan beberapa folikel rambut
lebih pendek dan menghasilkan rambut yang lebih tipis dan lebih pendek. Setiap
orang mengalami siklus rambut yang berbeda-beda. Secara umum pertumbuhan rambut
dikepala disebut Anagen, yang dapat berlangsung selama 2-3 tahun. Selama
berlangsungnya fase pertumbuhan rambut tersebut dari rambut rontok, rambut
tumbuh kurang dari 2 inci setiap bulannya dengan waktu jeda yang disebut
Telogen. Dalam fase telogen berlangsung selama 3-4 bulan. Pada fase jeda ini
rambut akan mengalami kerontokan dan kemudian digantikan dengan tumbuhnya
rambut baru.
Berikut
beberapa cara mengatasinya seperti dibawah ini :
1.
Sarapan
Rambut
terdiri dari keratin yaitu zat yang akan memberikan kekuatan pada rambut.
Philip Kingsley, seorang konsultant trichologist mengatakan, terlalu sedikit
protein seperti daging merah, ikan, telur, ayam) sangat mempengaruhi tingkat
keratin, rambut akan kehilangan tenaga dan berhenti tumbuh.
Sarapan
merupakan jadwal makanan yang paling penting untuk meningkatkan folikel rambut.
2.
Jangan Menggosok Kepala Terlalu Keras Saat Berkeramas
Selain
akan menyakiti kulit kepala anda dan menarik akar rambut, ini bahkan bisa
merusak folikel rambut. Sangat penting untuk memperlakukan kulit kepala anda
secara lembut saat berkeramas, dan jangan pernah menarik rambut dengan sisir.
Kerontokan
rambut biasanya akan berhubungan dengan timbulnya ketombe, eksim atau dermaitis
yang ditandai dengan gangguan kulit kepala, seperti gatal atau bersisik.
Kemunculan gangguan yang menimbulkan peradangan yang mempunyai efek buruk pada
folikel rambut.
3.
Jangan Mewarnai Rambut
Ada
beberapa fakta dari penggunaan bahan yang terbuat dari pewarna rambut minyak
bisa merusak folikel rambut. Selain itu, dapat menyebabkan rambut berhenti
tumbuh. Hal ini berlaku terutama bila pewarna rambut dipakai terus menerus
untuk waktu yang lama.
4.
Relaksasi
Philip
Kingsley mengatakan mempunyai kelebihan hormon pada pria mungkin tidak
terdengar buruk, tetapi testosteron dan dihydrotestosterone (DHT) bisa
mempunyai efek buruk pada bagian-bagian tertentu dari folikel rambut.
Mereka
meresap ke dalam batang rambut dan menyebabkan penipisan, kemudian membuat
rambut terlihat tidak sehat dan rambut akan berhenti tumbuh. Hal ini cenderung
terjadi pada pria yang mengalami stres. Tubuh mereka akan menghasilkan
kelebihan hormon dan kemungkinan besar akan mengalami kerontokan rambut.
5.
Tingkatkan Asupan Zat besi
Kekurangan zat juga bisa menyebabkan
rambut rontok. Tidak mempunyai zat besi yang cukup, tingkat feritin akan turun
( feritin merupakan molekul yang menyimpan zat besi dalam tubuh dan melepaskan
dengan cara yang terkontrol). Pada umunya, ini akan menganggu siklus
pertumbuhan rambut yang normal dan meningkatkan rambut rontok. Untuk membantu
mengurangi kerontokan rambut anda, ada baiknya mengkonsumsi makanan kaya zat
besi, seperti daging merah, sayuran hijau tua, kacang-kacangan (gizi pritein)
dan buah-buahan.
6.
Berhenti Merokok
Sebuah penelitian terbaru yang
diterbitkan dalam jurnal Archives of Dermatology menunjukkan bahwa selain
menyebabkan kanker dan penyakit jantung, merokok juga dapat membuat rambut
rontok.
Diperkirakan
bahwa, selain menyebabkan kerusakan pembuluh darah perifer dalam tubuh, merokok
juga bisa merusak suplai darah ke folikel rambut. Dampak lain yang akan
mempengaruhi folikel rambut dan menyebabkkan rambut rontok.
3.2.2 Penyakit Akibat Kelebihan Protein bagi Tubuh
Protein secara berlebihan tidak menguntungkan
tubuh.Makanan yang tinggi proteinnya biasanya tinggi lemak sehingga dapat
menyebabkan obesitas. Diet protein tinggi yang sering dianjurkan untuk
menurunkan berat badan kurang beralasan. Kelebihan dapat menimbulkan masalah
lain, terutama pada bayi. Kelebihan asam amino memberatkan ginjal dan hati yang
harus memetabolisme dan mengeluarkan kelebihan nitrogen.
Kelebihan
protein akan menimbulkan asidosis, dehidrasi, diare, kenaikan amoniak darah,
kenaikan ureum darah, dan demam. Ini di lihat pada bayi yang di beri susu skim
atau formula dengan konsentrasi tinggi, sehingga konsumsi protein mencapai 6
g/kg BB. Batas yang dianjurkan untuk konsumsi protein adalah dua kali Angaka
Kecukupan Gizi (AKG) untuk protein. Selain itu menyebabkan penyakit albuminuria
adalah simtoma terdapatnya sejumlah konsentrasi albumin di dalam urin. Albumin
yang mencapai ginjal melalui pembuluh darah pada umumnya akan mengalami
filtrasi pada glomerulus dan diserap kembali oleh tubula proksimal menuju
sirkulasi darah. Laju albumin yang terlepas dari penyerapan proksimal ke dalam
urin, yang melebihi 150 miligram/24 jam telah dianggap secara medis sebagai
patologis. Penyebab penyakit albuminuria adalah kurangnya asupan air ke dalam
tubuh , jadinya memperberat kerja ginjal, asupan protein, kalsium, dan vitamin
C berlebihan membuat glomerulus harus bekerja lebih keras.
Cara
mengatasi albuminuria atau bahkan mengurangi resiko yang lebih fatal terjadinya
albuminuria yaitu dengan cara membiasakan diri minum 8 gelas sehari, walaupun
sebetulnya tidak merasa haus. Selain itu pencegahannya juga dapat dilakukan
dengan tidak mengonsumsi hanya salah satu zat gizi saja secara berlebihan
(misalnya hanya protein atau kalsium saja). Artinya makanan yang kita makan
juga haru seimbang, baik dari segi jumlah maupun kadar gizinya.
3.3
Tips Pencegahan Penyakit yang
Ditimbulkan oleh Protein
Bagi
seseorang yang telah dewasa, penyakit kekurangan protein bisa ditanggulangi
dengan mengkonsumsi protein secara cukup dan rutin. Hal itu bisa dilakukan
dengan mengubah menu makanan setiap hari, konsumsi makanan yang mengandung
protein yang banyak misalnya daging, telur, buah-buahan dan sayuran. minuman
bergizi juga tidak boleh dilupakan misalnya susu sapi, madu, minyak zaitun dan
lainnya.
Sedangkan bagi
balita, penyakit ini bisa dicegah dengan menunda masa penyapihan yang prematur,
dengan tetap memberikan air susu ibu yang eksklusif, memberikan makanan
pendamping bagi bayi yang mencukupi kebutuhan proteinnya, serta melakukan
pemeriksaan kesehatan secara berkala.
Itulah
pembahasan kita mengenai berbagai penyakit akibat kekurangan protein.
Diharapkan bagi anda dan para ibu agar memperhatikan asupan makanan. Perbanyak
makanan yang mengandung protein bila mengalami salah satu penyakit kekurangan
protein. Cara lainnya untuk menanggulangi kekurangan / kelebihan protein, maka
dapat dilakukan upaya penanggulangan sebagai berikut :
· Pemantauan Status Gizi (PSG)
masyarakat.
· Pemberian Makanan Tambahan (PMT).
· Pemantauan garam beryodium.
· Pemberian kapsul vitamin A.
· Pemberian tablet Fe.
· Pengumpulan data KADARZI.
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
Agen penyakit
adalah substansi tertentu yang terjadi karena kehadiran atau ketidak hadirannya
dapat menimbulkan atau mempengaruhi perjalanan suatu penyakit. Agen penyakit
dapat berupa nutrisi atau gizi seperti protein. Ketidakseimbangan konsumsi
protein akan mengakibatkan beragam penyakit. Misal saja penyakit kurang energi
protein atau yang sering dikenal dengan penyakit KEP seperti kwashiorkor dan
marasmus pada wanita hamil dan anak.
Kekurangan
protein banyak terdapat pada masyarakat sosial ekonomi rendah. Setidaknya ada 4 faktor yang
melatarbelakangi penyakit kurang kalori protein (KKP), yaitu: masalah sosial,
ekonomi, biologi, dan lingkungan.
Penyakit
kekurangan protein bisa ditanggulangi dengan mengkonsumsi protein secara cukup
dan rutin. Hal itu bisa dilakukan dengan mengubah menu makanan setiap hari,
konsumsi makanan yang mengandung protein yang banyak misalnya daging, telur,
buah-buahan dan sayuran. minuman bergizi juga tidak boleh dilupakan misalnya
susu sapi, madu, minyak zaitun dan lainnya.
4.2 Saran
1.
Bagi
Masyarakat (Wanita hamil dan anak)
Diharapkan
Masyarakat (Wanita hamil dan anak) untuk memperhatikan pola makan sehari-hari
dengan mempertimbangkan asupan gizi khususnya protein agar kebutuhan tubuh akan
nutrisi yang satu ini terpenuhi. Dengan demikian, kita dapat menghindari
penyakit kurang kalori protein (KEP).
2.
Bagi
Lembaga/ Kader Kesehatan
Baik
pihak kader maupun organisasi/ lembaga kesehatan untuk menantiasa meningkatkan
pelayanan kesehatan dengan mengadakan sistem kesehatan yang efektif, efisien,
dan optimal serta senantiasa mengadakan pemantauan status gizi keluarga atau
masyarakat. Sehingga, masalah gizi buruk (KEP) dapat diminimalisasi.
3.
Bagi
Pemerintah
Kepada
pemerintah hendaknya senantiasa melakukan program kerja yang dapat meningkatkan
masalah ekonomi bangsa. Karena pada dasarnya perekonomian adalah akar masalah
dari timbulnya masalah gizi buruk di sebuah negara. Selain itu, pemerintah ikut
andil dalam mencanangkan program-program kesehatan dengan tujuan meningkatkan
gizi masyarakat secara global.
DAFTAR PUSTAKA
Alkhatiri, Saleh. 1996.
Penuntun Hidup Sehat Menurut Ilmu
Kesehatan Modern. Surabaya: Airlangga University Perss.
Arisman. 2007. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Dampak
Kekurangan dan Kelebihan Protein bagi Tubuh,
http://www.google.com.
Diakses tanggal 8 Maret 2013.
Irianto, Kus dan Kusno
Waluyo. 2004. Gizi dan Pola Hidup Sehat.
Bandung: Yrama Widya.
Pribadi,
Arif. 2010. Biology 2. Jakarta: Yudhistira.
Sukardji, Kartini.
2003. Pengkajian Status Gizi.
Jakarta: Pusat Diabetes dan Lipid RSCM/FKUI dan Instalasi Gizi RSCM.
Tim Penyusun Pusat
Kamus.2007.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar