Selasa, 19 Maret 2013

PROTEIN

MAKALAH AGEN NUTRISI PROTEIN




                                                                            BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang Masalah
Protein merupakan senyawa polimer yang terbentuk dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan langsung oleh ikatan peptida antara asam amimo satu dengan asam amino lainnya. Asam amino tersusun dari unsur C, H, O N, dan kadang-kadang S serta P. Asam amino terdiri dari satu gugus karboksil (-COOH), satu gugus amino (-NH2), satu atom H, dan satu gugus radikal (-R). Protein merupakan komponen yang sangat penting dalam proses metabolime darah. Protein termasuk makromolekul penyusun bagian terbesar tubuh setelah air, yaitu seperlima bagian tubuh. Protein dapat kita peroleh dari hewan (protein hewani) maupun tumbuhan (protein nabati). Sumber protein hewani antara lain ikan, daging, susu, dan telur, sedangkan sumber protein nabati antara lain padi-padian, kacang-kacangan, dan sayuran.
Manfaat protein bagi tubuh kita sangatlah banyak. Protein sangat mempengaruhi proses pertumbuhan tubuh kita. Diantara manfaat protein tersebut adalah sebagai berikut: Sebagai enzim. Protein memiliki peranan yang besar untuk mempercepat reaksi biologis. Sebagai alat pengangkut dan penyimpan. Protein yang terkandung dalam hemoglobin dapat mengangkut oksigen dalam eritrosit; zat pembangun yang meliputi mengadakan pertumbuhan, pemeliharaan, dan perbaikan struktur (sel, jaringan, dan organ); menjaga keseimbangan cairan tubuh; menyediakan sumber energi (1 gram protein menghasilkan 4,1 kalori); dan mendetoksifikasi zat-zat asing yang masuk ke dalam tubuh.
Pada intinya tubuh kita membutuhkan gizi protein yang cukup untuk beraktivitas.  Rata-rata standar kecukupan gizi sehari adalah 45 gram. Tingkat kebutuhan protein dipengaruhi oleh bobot dan ukuran badan, umur, jenis kelamin, penyakit, satuan gizi makan, kondisi tubuh, sifat protein yang dimakan, masa kehamilan, dan status emosional. Bila tubuh kekurangan atau kelebihan protein maka akan mengalami gangguan kesehatan kemudian menjadi penyakit kekurangan atau kelebihan protein. Umumnya hal ini disebabkan oleh pola makan yang tidak sehat. Kekurangan protein banyak terdapat pada masyarakat sosial ekonomi rendah. Kekurangan protein murni pada stadium berat menyebabkan Kwasiorkor pada anak-anak di bawah lima tahun (balita). Setidaknya ada 4 faktor yang melatarbelakangi penyakit kurang kalori protein (KKP), yaitu: masalah sosial, ekonomi, biologi, dan lingkungan. Kemiskinan, salah satu determinan sosial-ekonomi, merupakan akar ketiadaan pangan, tempat mukim yang berjejalan, kumuh, dan tidak sehat serta ketidakmampuan mengakses fasilitas kesehatan. Komponen biologi yang menjadi latar belakang KKP, antara lain, malnutrisi, penyakit infeksi, serta diet rendah energi dan protein. Berawal dari hal tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji pengaruh protein sebagai agen penyakit, contoh penyakit, dan penanganannya.

1.2              Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang diangkat penulis untuk dikembangkan dalam makalah ini adalah (1) Bagaimana pengaruh protein sebagai agen penyakit; (2) apa saja contoh penyakit yang ditimbulkan, penyebab, penanganan, dan pencegahannya; (3) bagaimana tips yang seharusnya dilakukan kita untuk menghindari penyakit yang ditimbulkan oleh protein?

1.3              Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk (1) Mengetahui bagaimana pengaruh protein sebagai agen penyakit; (2) menggali informasi tentang contoh penyakit yang ditimbulkan, penyebab, penanganan, dan pencegahannya; (3) mengaplikasikan tips yang seharusnya dilakukan kita untuk menghindari penyakit yang ditimbulkan oleh protein.

1.4              Pengorganisasian Makalah
            Adapun pengorganisasian dari penulisan makalah ini terdiri dari 4 bab yaitu :
Bab I    Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, dan pengorganisasian makalah.
Bab II  : Tinjauan Teori yang terdiri dari protein yang meliputi definisi, fungsi, dan macam serta contoh penyakit akibat kekurangan dan kelebihan protein.
Bab III  : Pembahasan yang terdiri dari pengaruh protein sebagai agen penyakit, contoh penyakit yang ditimbulkan, penyebab, penanganan, dan pencegahannya, dan tips yang seharusnya dilakukan kita untuk menghindari penyakit yang ditimbulkan oleh protein.
Bab IV     Penutup yang terdiri dari simpulan dan saran.


BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1       Protein
2.1.1    Definisi Protein
            Protein merupakan suatu senyawa polimer yang dibentuk dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan oleh ikatan peptida antara asam amino satu dengan yang lainnya. Sifat dari berbagai macam protein tergantung pada jumlah asam amino yang menyusunnya, disamping itu juga dipengaruhi oleh rantai samping dari masing-masing asam amino. (Tim Dosen Biokimia, 2011)
            Protein adalah senyawa organik yang banyak dijumpai kalam semua makhluk hidup. Protein terdiri dari karbon, hydrogen dan nitrogen dan umumnya juga mengandung sulfur. Molekulnya berkisar antara 6000 hingga jutaan. Satu molekul protein terdiri dari rantai panjang polipeptida. Polipeptida ini berasal dari asam. Asam amino yang salain berikatan dengan urutan yang khas. Ikantan teratur yang berurutan ini dinamakan struktur primer protein. Polipeptida dapat melipat atau menggulung yang menyebabkan timbulnya struktur sekunder. Struktur tersier asam amino berbentuk tiga dimensi dari polipeptida yang menggulung atau melipat ini. Struktur kuartener muncul polipeptida yang terlibat. Pemanasan dengan suhu diatas 500C atau pemberian asam basah kuat akan membuat protein kehilangan struktur tersiernya yang khas. Hal ini juga dapat menimbulkan koagulat yang tak larut (misalnya patih telur). Proses ini dapat membuat sifat hayatinya menjadi tidak aktif. (Tanti, 2009)
            Setiap sel yang hidup tersusun oleh protein. Protein merupakan bahan pembangun tubuh yang utama. Protein tersusun atas senyawa organic yang mengandung unsur-unsur karbon, hydrogen, oksigen, dan nitrogen. Unsur nitrogen (N) adalah ciri protein yang membedakan dari karbohidrat dan lemak. Protein merupakan bahan baku sel dan jaringan karena merupakan komponen penting dari otot, kulit, dan tulang. (Kus Irianto & Kusno Waluyo, 2002)
2.1.2        Macam Protein
            Bahan sumber protein umumnya digunakan sebagai lauk-pauk. Protein dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) Protein hewani: daging, ikan, telur, hati, dan susu, (2) Protein nabati: tempe, tahu, dan kacang-kacangan. (Saleh Alkhatiri, 1996)
2.1.3        Fungsi Protein
            Fungsi protein bagi tubuh manusia antara lain: (1) Zat pembangun atau pembentukan sel-sel baru, mengganti sel-sel yang rusak, (2) Bahan pembentuk hormon atau antibodi  enzim, (3) Pengaturan proses dalam tubuh, (4) Zat tenaga, (5) Transportasi (Hb dalam darah), (6) Pembekuan darah dan mempengaruhi keturunan. (Saleh Alkhatiri, 1996)

2.2       Contoh Penyakit Akibat Kekurangan atau Kelebihan Protein
            Kekurangan protein berlarut-larut pada bayi dan anak disebut Kwashiorkor dengan tanda-tanda: (1) Rambut merah jagung, mudah rontok, dan jarang (2) Mata cekung takut sinar dapat juga hermolopis/ Xeropthalamie, (3) Inelastis pada lengan, pantat dan paha, kadang-kadang terlihat bengkak, (4) Bila menangis tidak kedengaran suaranya. (Saleh Alkhatiri, 1996)
            Protein sangat dibutuhkan tubuh sebagai zat pembangun, dan selain itu protein juga berpengaruh terhadap kadar kolesterol darah. (Kartini Sukardji, 2003)
            Dalam wikipedia dijelaskan bahwa Hypermeramonemia adalah gangguan metabolisme yang disebabkan kelebihan ammonia dalam darah. Amonia adalah zat yang mengandung nitrogen. Ini merupakan produk dari katabolisme dari protein. 


BAB III
PEMBAHASAN

3.1       Pengaruh Protein sebagai Agen Penyakit
3.1.1    Definisi Penyakit
            Penyakit adalah kegagalan mekanisme adaptasi  suatu organisme untuk bereaksi secara tepat terhadap rangsangan atau tekanan sehingga timbul gangguan pada fungsi atau struktur  dari bagian, organ atau sistem dari tubuh (Gold Medical Dictionery).
Penyakit adalah sesuatu yang menyebabkan terjadinya gangguan pada mahluk hidup atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh bakteri, virus atau kelainan sistem faal atau jaringan pada organ tubuh mahluk hidup. (Tim Penyusun Pusat Kamus,2007)
            Menurut Bauman (1965), penyakit adalah istilah medis  yang digambarkan sebagai gangguan dalam fungsi tubuh yang menghasilkan berkurangnya kapasitas.

3.1.2    Definisi Agen Penyakit
            Agen penyakit adalah substansi tertentu yang karena kehadiran atau ketidak hadirannya dapat menimbulkan atau mempengaruhi perjalanan suatu penyakit. Agen penyakit dapat berupa benda hidup atau mati dan faktor mekanis, namun kadang-kadang untuk penyakit tertentu, penyebabnya tidak diketahui seperti pada penyakit ulkus peptikum, penyakit jantung koroner dan lain-lain. Agen penyakit dapat dilklasifikasikan menjadi enam kelompok yaitu:
a.    Agen Biologis
       Virus, bakteri, fungi, riketsia, protozoa dan metazoa.
b.    Agen Nutrisi
       Protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral dan lainnya.
c.    Agen Fisik
       Panas, radiasi, dingin, kelembaban, tekanan, cahaya dan kebisingan.
d.    Agen Kimiawi
       Dapat bersifat endogen seperti asidosis, diabetes (hiperglikemia), uremia dan bersifat eksogen seperti zat kimia, alergen, gas, debu dan lainnya.
e.     Agen Mekanis
       Gesekan, benturan, pukulan yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan pada tubuh host (pejamu).
f.     Agen Sosial Budaya
       Tingkat pendidikan/pengetahuan keluarga, perilaku/kebiasaan masyarakat, adat istiadat, kepercayaan,dan lain-lain.

3.1.3    Bagaimana Protein Dapat Menjadi Agen Penyakit?
            Sampai dengan Repelita V pada zaman orde baru, KKP masih merupakan masalah gizi utama di Indonesia. Sebanyak 10,8 % balita dinyatakan masih menderita gizi kurang dan gizi buruk. Pada orang dewasa KKP terdapat diantara wanita hamil dan menyusui terutama yang berpenghasilan rendah. Keadaan KKP tersebut secara langsung dan tidak langsung menyebabkan tingginya angka kematian bayi dan anak, sedankan pada wanita hamil menyebabkan tingginya angka kelahiran bayi dengan berat lahir rendah.
 Perilaku dan cara hidup manusia dapat merupakan penyebab bermacam-macam penyakit baik di zaman primitif maupun di masyarakat yang sudah sangat maju peradaban dan kebudayaannya.
            Ditinjau dari segi biologis penyakit merupakan kelainan berbagai organ tubuh manusia, sedangkan dari segi kemasyarakatan keadaan sakit dianggap sebagai penyimpangan perilaku dari keadaan sosial yang normatif.
            Banyak hal dalam masyarakat yang memberikan dampak terhadap kesehatan pada diri bahkan ke masyarakat itu sendiri contohnya gizi.
            Jika kita berbicara tentang gizi, maka yang terpikir oleh kita adalah semua makanan yang kita makan. Ditinjau dari aspek sosial budaya, Koentjaraningrat menyebutkan bahwa makanan yang kita makan dapat dibedakan menjadi dua konsep, yaitu nutrimen dan makanan.
Nutrimen adalah suatu konsep biokimia yang berarti zat-zat dalam makanan yang menyebabkan bahwa individu yang memakannya dapat hidup dan berada dalam kondisi kesehatan yang baik. Makanan dikatakan sebagai suatu konsep kebudayaan, yaitu merupakan bahan-bahan yang telah diterima dan diolah secara budaya untuk dimakan, sesudah melalui proses penyiapan dan penyuguhan yang juga secara budaya, agar dapat hidup dan berada dalam kondisi kesehatan yang baik.
Sebagai contoh kekurangan salah satu gizi yaitu kurang kalori  protein banyak terdapat pada masyarakat sosial ekonomi rendah. Kekurangan protein murni pada stadium berat menyebabkan Kwasiorkor pada anak-anak di bawah lima tahun (balita). Kekurangan protein sering ditemukan secara bersamaan dengan kekurangan energi yang menyebabkan kondisi yang dinamakan Marasmus.
Di seluruh dunia, penyebab paling umum dari gizi buruk adalah asupan makanan tidak memadai. Prasekolah anak usia di negara berkembang sering beresiko untuk gizi buruk karena ketergantungan mereka pada orang lain untuk makanan, peningkatan kebutuhan protein dan energi, sistem kekebalan tubuh belum matang menyebabkan kerentanan lebih besar terhadap infeksi, dan paparan kondisi nonhygienic.
Faktor lain yang signifikan adalah tidak efektif menyapih sekunder ketidaktahuan, kebersihan yang buruk, faktor ekonomi, dan faktor budaya. Prognosis lebih buruk bila kekurangan energi protein terjadi dengan infeksi HIV. Infeksi saluran pencernaan dapat dan sering endapan klinis kekurangan energi protein karena diare yang berhubungan, anoreksia, muntah, peningkatan kebutuhan metabolik, dan penurunan penyerapan usus. Infeksi parasit memainkan peran utama di banyak bagian dunia.
Di negara maju, asupan makanan tidak memadai adalah penyebab yang kurang umum dari gizi buruk, kekurangan energi protein lebih sering disebabkan oleh penurunan penyerapan atau metabolisme abnormal. Dengan demikian, di negara maju, penyakit, seperti cystic fibrosis, gagal ginjal kronis, keganasan masa kanak-kanak, penyakit jantung bawaan, dan penyakit neuromuskuler, berkontribusi kekurangan gizi. Fad diet, manajemen yang tidak tepat alergi makanan, dan penyakit kejiwaan, seperti anoreksia nervosa, juga dapat menyebabkan parah kekurangan energi protein.
Populasi di kedua fasilitas perawatan akut dan jangka panjang beresiko untuk penurunan berat badan yang signifikan secara klinis paksa (IWL) yang dapat mengakibatkan kekurangan energi protein. IWL didefinisikan sebagai hilangnya 4,5 kg atau lebih besar dari 5% dari berat badan yang biasa selama periode 6-12 bulan. Kekurangan energi protein terjadi ketika penurunan berat badan lebih besar dari 10% dari berat badan normal terjadi.
Orang-orang tua sering mengalami kekurangan gizi, penyebab umum yang meliputi nafsu makan berkurang, ketergantungan pada bantuan untuk makan, gangguan kognisi dan / atau komunikasi, posisi yang buruk, penyakit akut yang sering dengan kerugian gastrointestinal, obat-obat yang penurunan nafsu makan atau meningkatkan kerugian gizi, polifarmasi, penurunan rasa haus respon, penurunan kemampuan berkonsentrasi urin, restriksi cairan disengaja karena takut inkontinensia atau tersedak jika dysphagic, faktor psikososial seperti isolasi dan depresi, monoton diet, lebih tinggi persyaratan kepadatan nutrisi, dan tuntutan lainnya dari usia, penyakit, dan penyakit pada tubuh.

3.2       Contoh Penyakit yang Ditimbulkan, Penyebab, dan Penanganannya
3.2.1    Penyakit Akibat Kekurangan Protein bagi Tubuh (KEP)
            Secara klinis KEP terdapat  dalam 3 tipe yaitu : (1) Kwashiorkor, ditandai dengan : edema, yang dapat terjadi di seluruh tubuh, wajah sembab    dan membulat, mata sayu, rambut tipis, kemerahan seperti rambut jagung, mudah dicabut    dan rontok, cengeng, rewel dan apatis, pembesaran hati, otot mengecil (hipotrofi), bercak    merah ke coklatan di kulit dan mudah terkelupas (crazy pavement dermatosis), sering disertai penyakit infeksi terutama akut, diare dan anemia; (2) Marasmus, ditandai dengan : sangat kurus, tampak tulang terbungkus kulit, wajah seperti orang tua, cengeng dan rewel, kulit keriput, jaringan lemak sumkutan minimal/tidak ada, perut cekung, iga gambang, sering disertai penyakit infeksi dan diare;  (3) Marasmus kwashiorkor, campuran gejala klinis kwashiorkor dan marasmus.

3.2.1.1 Kwashiorkor
            Kwashiorkor adalah bentuk gizi buruk yang terjadi pada anak-anak. Kwashiorkor umum terjadi di daerah yang dilanda kelaparan, kurang persedian makanan, atau rendahnya tingkat pendidikan (ketika orang tidak mengerti bagaimana untuk makan diet yang baik).
                        Kwashiorkor disebabkan oleh rendahnya protein. Hal ini juga dapat disebabkan oleh infeksi, parasit atau kondisi lain yang mengganggu penyerapan protein pada saluran pencernaan.
            Gejala umum yang bisa diketahui antara lain: perubahan dalam pigmen kulit, koma (tahap akhir, penurunan massa otot, diare, kegagalan untuk menambah berat badan dan tumbuh, kelelahan, perubahan rambut (perubahan warna atau tekstur), peningkatan dan infeksi yang lebih parah karena rusaknya sistem kekebalan, perut besar yang menempel keluar (menonjol), kelesuan atau apatis, kehilangan massa otot, ruam (dermatitis), shock (tahap akhir), pembengkakan (edema).
            Untuk penanganganannya penderita perlu mendapatkan lebih banyak kalori dan protein. Namun, anak-anak yang memiliki kondisi ini tidak akan pernah mencapai pertumbuhan maksimal. Perawatan tergantung pada keparahan kondisi. Orang-orang yang shock perlu penanganan segera untuk memulihkan volume darah dan menjaga tekanan darah. Kalori pertama diberikan dalam bentuk karbohidrat, gula, dan lemak. Protein adalah dimulai setelah sumber-sumber kalori lainnya sudah menyediakan energi. Suplemen vitamin dan mineral penting. Karena orang akan telah tanpa banyak makanan untuk jangka waktu lama, makan dapat menyebabkan masalah, terutama jika kalori yang terlalu tinggi pada awalnya. Makanan harus diperkenalkan kembali perlahan-lahan. Karbohidrat pertama diberikan untuk memasok energi, diikuti oleh makanan yang mengandung protein.

3.2.1.2 Marasmus
            Marasmus berasal dari kata Yunani yang berarti wasting merusak . Marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang terutama akibat kekurangan kalori yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan dan mengurusnya lemak bawah kulit dan otot. Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori protein.
            Marasmus umumnya merupakan penyakit pada bayi (12 bulan pertama), karena terlambat diberi makanan tambahan. Hal ini dapat terjadi karena penyapihan mendadak, formula pengganti ASI terlalu encer dan tidak higienis atau sering terkena infeksi. Marasmus berpengaruh dalam waku yang panjang terhadap mental dan fisik yang sukar diperbaiki. Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi karena : diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat atau karena kelainan metabolik dan malformasi kongenital.
                        Pada mulanya ada kegagalan menaikkan berat badan, disertai dengan kehilangan berat badan sampai berakibat kurus,dengan kehilangan turgor pada kulit sehingga menjadi berkerut dan longgar karena lemak subkutan hilang dari bantalan pipi, muka bayi dapat tetap tampak relatif normal selama beberaba waktu sebelum menjadi menyusut dan berkeriput. Abdomen dapat kembung dan datar. Terjadi atropi otot dengan akibat hipotoni. Suhu biasanya normal, nadi mungkin melambat, kemudian lesu dan nafsu makan hilang. Biasanya terjadi konstipasi, tetapi dapat muncul apa yang disebut diare tipe kelaparan, dengan buang air besar sering, tinja berisi mucus dan sedikit.
            Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein, atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selama puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi seteah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh.
            Penyakit akibat kurang konsumsi protein ini dapat ditangani dengan menyeimbangankan antara kebutuhan tubuh dan asupan zat gizi esensial. Marasmus adalah salah satu bentuk gizi buruk yang sering ditemui pada Balita.
            Secara ringkas penyebab penyakit marasmus multifaktorial antara lain masukan makanan yang kurang, faktor penyakit dan faktor lingkungan serta ketidaktahuan untuk memilih makanan yang bergizi dan keadaan ekonomi yang tidak menguntungkan. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis; untuk menentukan penyebab perlu anamnesis makanan dan penyakit lain. Pencegahan terhadap marasmus ditujukan kepada penyebab dan memerlukan pelayanan kesehatan dan penyuluhan yang baik. Pengobatan marasmus ialah pemberian diet tinggi kalori dan tinggi protein dan penatalaksanaan di rumah sakit yang dibagi atas: tahap awal, tahap penyesuaian dan rehabilitasi.

3.2.1.3 Edema
            Edema (oedema) atau sembab adalah meningkatnya volume cairan ekstraseluler dan ekstravaskuler (cairan interstitium) yang disertai dengan penimbunan cairan abnormal dalam sela-sela jaringan dan rongga serosa (jaringan ikat longgar dan rongga-rongga badan). Edema dapat bersifat setempat (lokal) dan umum (general).
            Edema yang bersifat lokal seperti terjadi hanya di dalam rongga perut (hydroperitoneum atau ascites), rongga dada (hydrothorax), di bawah kulit (edema subkutis atau hidops anasarca), pericardium jantung (hydropericardium) atau di dalam paru-paru (edema pulmonum). Sedangkan edema yang ditandai dengan terjadinya pengumpulan cairan edema di banyak tempat dinamakan edema umum (general edema).
            Cairan edema diberi istilah transudat, memiliki berat jenis dan kadar protein rendah, jernih tidak berwarna atau jernih kekuningan dan merupakan cairan yang encer atau mirip gelatin bila mengandung di dalamnya sejumlah fibrinogen plasma.
            Penyebab (causa) edema adalah adanya kongesti, obstruksi limfatik, permeabilitas kapiler yang bertambah, hipoproteinemia, tekanan osmotic koloid dan retensi natrium dan air.
a. Adanya Kongesti
            Pada kondisi vena yang terbendung (kongesti), terjadi peningkatan tekanan hidrostatik intra vaskula (tekanan yang mendorong darah mengalir di dalam vaskula oleh kerja pompa jantung) menimbulkan perembesan cairan plasma ke dalam ruang interstitium. Cairan plasma ini akan mengisi pada sela-sela jaringan ikat longgar dan rongga badan (terjadi edema).
b. Obstruksi Limfatik
            Apabila terjadi gangguan aliran limfe pada suatu daerah (obstruksi/penyumbatan), maka cairan tubuh yang berasal dari plasma darah dan hasil metabolisme yang masuk ke dalam saluran limfe akan tertimbun (limfedema). Limfedema ini sering terjadi akibat mastek-tomi radikal untuk mengeluarkan tumor ganas pada payudara atau akibat tumor ganas menginfiltrasi kelenjar dan saluran limfe. Selain itu, saluran dan kelenjar inguinal yang meradang akibat infestasi filaria dapat juga menyebabkan edema pada scrotum dan tungkai (penyakit filariasis atau kaki gajah/elephantiasis).
c. Permeabilitas Kapiler yang Bertambah
            Endotel kapiler merupakan suatu membran semi permeabel yang dapat dilalui oleh air dan elektrolit secara bebas, sedangkan protein plasma hanya dapat melaluinya sedikit atau terbatas. Tekanan osmotic darah lebih besar dari pada limfe.
            Daya permeabilitas ini bergantung kepada substansi yang mengikat sel-sel endotel tersebut. Pada keadaan tertentu, misalnya akibat pengaruh toksin yang bekerja terhadap endotel, permeabilitas kapiler dapat bertambah. Akibatnya ialah protein plasma keluar kapiler, sehingga tekanan osmotic koloid darah menurun dan sebaliknya tekanan osmotic cairan interstitium bertambah. Hal ini mengakibatkan makin banyak cairan yang meninggalkan kapiler dan menimbulkan edema. Bertambahnya permeabilitas kapiler dapat terjadi pada kondisi infeksi berat dan reaksi anafilaktik.
d. Hipoproteinemia
            Menurunnya jumlah protein darah (hipoproteinemia) menimbulkan rendahnya daya ikat air protein plasma yang tersisa, sehingga cairan plasma merembes keluar vaskula sebagai cairan edema. Kondisi hipoproteinemia dapat diakibatkan kehilangan darah secara kronis oleh cacing Haemonchus contortus yang menghisap darah di dalam mukosa lambung kelenjar (abomasum) dan akibat kerusakan pada ginjal yang menimbulkan gejala albuminuria (proteinuria, protein darah albumin keluar bersama urin) berkepanjangan. Hipoproteinemia ini biasanya mengakibatkan edema umum.
e. Tekanan Osmotic Koloid
            Tekanan osmotic koloid dalam jaringan biasanya hanya kecil sekali, sehingga tidak dapat melawan tekanan osmotic yang terdapat dalam darah. Tetapi pada keadaan tertentu jumlah protein dalam jaringan dapat meninggi, misalnya jika permeabilitas kapiler bertambah. Dalam hal ini maka tekanan osmotic jaringan dapat menyebabkan edema.
            Filtrasi cairan plasma juga mendapat perlawanan dari tekanan jaringan (tissue tension). Tekanan ini berbeda-beda pada berbagai jaringan. Pada jaringan subcutis yang renggang seperti kelopak mata, tekanan sangat rendah, oleh karena itu pada tempat tersebut mudah timbul edema.
f. Retensi Natrium dan Air
            Retensi natrium terjadi bila eksresi natrium dalam kemih lebih kecil dari pada yang masuk (intake). Karena konsentrasi natrium meninggi maka akan terjadi hipertoni. Hipertoni menyebabkan air ditahan, sehingga jumlah cairan ekstraseluler dan ekstravaskuler (cairan interstitium) bertambah. Akibatnya terjadi edema.
            Retensi natrium dan air dapat diakibatkan oleh factor hormonal (penigkatan aldosteron pada cirrhosis hepatis dan sindrom nefrotik dan pada penderita yang mendapat pengobatan dengan ACTH, testosteron, progesteron atau estrogen).

3.2.1.4 Rambut Rontok
            Terjadinya keromtokan rambut disebabkan karena perubahan hormone, iritasi, atau kerusakan, beberapa lubang rambut kulit kepala fase pertumbuhan yang pendek dan memprodksi rambut yang lebih tipis. Penyebab lainnya kurang gizi, penyakit lain seperti diabetes dan lupus yang menyebabkan kerontokan, perubahan hormone, perawatan rambut yang tidak tepat, dan lainnya.
            Perubahan hormonal, iritasi atau kerusakan, fase pertumbuhan beberapa folikel rambut lebih pendek dan menghasilkan rambut yang lebih tipis dan lebih pendek. Setiap orang mengalami siklus rambut yang berbeda-beda. Secara umum pertumbuhan rambut dikepala disebut Anagen, yang dapat berlangsung selama 2-3 tahun. Selama berlangsungnya fase pertumbuhan rambut tersebut dari rambut rontok, rambut tumbuh kurang dari 2 inci setiap bulannya dengan waktu jeda yang disebut Telogen. Dalam fase telogen berlangsung selama 3-4 bulan. Pada fase jeda ini rambut akan mengalami kerontokan dan kemudian digantikan dengan tumbuhnya rambut baru.
            Pada umumnya, rambut rontok mengalami kerontokan 50-100 helai setiap harinya. Dibandingkan rambut yang berjumlah 100.000 helai di setiap kepala, tetapi tidak menyebabkan penipisan rambut berlebih. Rambut yang mulai menipis biasanya disebabkan oleh faktor usia yang semakin bertambah. Jika rambut yang rontok lebih banyak daripada rambut yang tumbuh, dan jika rambut tumbuh lebih tipis dibanding rambut yang rontok pada bagian tertentu. Infeksi seperti Ringworm dapat menyerang rambut dan kulit kepala yang menyebabkan rambut rontok. Namun, akan tumbuh kembali apabila infeksi tersebut telah teratasi. Ringworm sejenis jamur yang mudah diobati dengan menggunakan obat antijamur yang dioleskan atau diminum.
            Trichotillomania adalah sejenis penyakit yang menyerang psikologis secara mental dimana kerontokan rambut dan tumbuhnya rambut baru menimbulkan rasa gatal yang luar biasa mendorong rasa ingin menggaruk atau mencabut rambut. Mencabut rambut dari kulit kepala akan menyebabkan pitak di kulit kepala. Namun penyebab utama dari Trichotillomania masih diperlukan penelitian lebih lanjut.
            Selain itu, adapula penyebab kerontokan rambut yang disebabkan oleh keadaan tubuh yang kekurangan nutrisi dan asupan nilai gizi lainnya seperti zat besi apabila seseorang sedang menjalani diet keras dan tidak disiplin sehingga asupan gizi dan komponen lainnya yang diperlukan dalam tubuh menjadi berkurang. Jenis obat-obatan tertentu yang dikonsumsi secara terus menerus yang kemudian menimbulkan efek samping yang menyebabkan rambut rontok pada sebagaian orang. Pada sebagian wanita yang menggunakan alat kontrasepsi seperti pil yang diminum juga memugkinkan adanya efek negatif pada kerontokan rambut.
            Penyakit tertentu juga memiliki peranan yang cukup besar yang menyebabkan rambut rontok seperti penyakit kanker, diabetes mellitus, lupus, penyakit kronis dan degeneratif lainnya yang masuk dalam stadium lanjut. Perubahan dan ketidak seimbangan hormon tubuh juga memiliki peranan aktif dalam masalah rambut rontok. Perubahan hormon ini dapat terjadi pada seorang wanita yang sedang dalam masa kehamilan, seseorang yang memasuki masa menopause, efek samping pemakaian pil kontrasepsi dan ketidak seimbangan kelenjar thyroid.
            Terjadinya perubahan hormonal ini dapat berlangsung hingga 3 bulan, setelah itu rambut akan tumbuh kembali namun lebih lambat dibanding dengan sebelum terjadi kerontokan rambut. Kerontokan rambut yang terjadi pada juga dapat disebabkan oleh ketidak seimbangan dari produksi hormon testosteron yang berlebihan, kemudian menyebabkan rambut rontok di puncak kepala.
            Zat kimia yang terkandung dalam bahan perawatan rambut seperti ketika rambut diwarnai, dimasker, atau rambut dibuat sedemikian rupa. Mengikat rambut yang terlalu kencang juga dapat memberikan peran serta pada kerontokan rambut. Rambut yang ketarik terlalu kencang saat diikat membuat akar rambut menjadi tegang dan melemah sehingga tidak menutup kemungkinan rambut mudah rapuh dan akar rambut menjadi lemah.
            Perubahan hormonal, iritasi atau kerusakan, fase pertumbuhan beberapa folikel rambut lebih pendek dan menghasilkan rambut yang lebih tipis dan lebih pendek. Setiap orang mengalami siklus rambut yang berbeda-beda. Secara umum pertumbuhan rambut dikepala disebut Anagen, yang dapat berlangsung selama 2-3 tahun. Selama berlangsungnya fase pertumbuhan rambut tersebut dari rambut rontok, rambut tumbuh kurang dari 2 inci setiap bulannya dengan waktu jeda yang disebut Telogen. Dalam fase telogen berlangsung selama 3-4 bulan. Pada fase jeda ini rambut akan mengalami kerontokan dan kemudian digantikan dengan tumbuhnya rambut baru.
            Berikut beberapa cara mengatasinya seperti dibawah ini :
1. Sarapan
            Rambut terdiri dari keratin yaitu zat yang akan memberikan kekuatan pada rambut. Philip Kingsley, seorang konsultant trichologist mengatakan, terlalu sedikit protein seperti daging merah, ikan, telur, ayam) sangat mempengaruhi tingkat keratin, rambut akan kehilangan tenaga dan berhenti tumbuh.         
            Sarapan merupakan jadwal makanan yang paling penting untuk meningkatkan folikel rambut.
2. Jangan Menggosok Kepala Terlalu Keras Saat Berkeramas
            Selain akan menyakiti kulit kepala anda dan menarik akar rambut, ini bahkan bisa merusak folikel rambut. Sangat penting untuk memperlakukan kulit kepala anda secara lembut saat berkeramas, dan jangan pernah menarik rambut dengan sisir.
            Kerontokan rambut biasanya akan berhubungan dengan timbulnya ketombe, eksim atau dermaitis yang ditandai dengan gangguan kulit kepala, seperti gatal atau bersisik. Kemunculan gangguan yang menimbulkan peradangan yang mempunyai efek buruk pada folikel rambut.
3. Jangan Mewarnai Rambut
            Ada beberapa fakta dari penggunaan bahan yang terbuat dari pewarna rambut minyak bisa merusak folikel rambut. Selain itu, dapat menyebabkan rambut berhenti tumbuh. Hal ini berlaku terutama bila pewarna rambut dipakai terus menerus untuk waktu yang lama.
4. Relaksasi
            Philip Kingsley mengatakan mempunyai kelebihan hormon pada pria mungkin tidak terdengar buruk, tetapi testosteron dan dihydrotestosterone (DHT) bisa mempunyai efek buruk pada bagian-bagian tertentu dari folikel rambut.
            Mereka meresap ke dalam batang rambut dan menyebabkan penipisan, kemudian membuat rambut terlihat tidak sehat dan rambut akan berhenti tumbuh. Hal ini cenderung terjadi pada pria yang mengalami stres. Tubuh mereka akan menghasilkan kelebihan hormon dan kemungkinan besar akan mengalami kerontokan rambut.
5. Tingkatkan Asupan Zat besi
                        Kekurangan zat juga bisa menyebabkan rambut rontok. Tidak mempunyai zat besi yang cukup, tingkat feritin akan turun ( feritin merupakan molekul yang menyimpan zat besi dalam tubuh dan melepaskan dengan cara yang terkontrol). Pada umunya, ini akan menganggu siklus pertumbuhan rambut yang normal dan meningkatkan rambut rontok. Untuk membantu mengurangi kerontokan rambut anda, ada baiknya mengkonsumsi makanan kaya zat besi, seperti daging merah, sayuran hijau tua, kacang-kacangan (gizi pritein) dan buah-buahan.
6. Berhenti Merokok
                        Sebuah penelitian terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Archives of Dermatology menunjukkan bahwa selain menyebabkan kanker dan penyakit jantung, merokok juga dapat membuat rambut rontok.
            Diperkirakan bahwa, selain menyebabkan kerusakan pembuluh darah perifer dalam tubuh, merokok juga bisa merusak suplai darah ke folikel rambut. Dampak lain yang akan mempengaruhi folikel rambut dan menyebabkkan rambut rontok.

3.2.2    Penyakit Akibat Kelebihan Protein bagi Tubuh
            Protein secara berlebihan tidak menguntungkan tubuh.Makanan yang tinggi proteinnya biasanya tinggi lemak sehingga dapat menyebabkan obesitas. Diet protein tinggi yang sering dianjurkan untuk menurunkan berat badan kurang beralasan. Kelebihan dapat menimbulkan masalah lain, terutama pada bayi. Kelebihan asam amino memberatkan ginjal dan hati yang harus memetabolisme dan mengeluarkan kelebihan nitrogen.
            Kelebihan protein akan menimbulkan asidosis, dehidrasi, diare, kenaikan amoniak darah, kenaikan ureum darah, dan demam. Ini di lihat pada bayi yang di beri susu skim atau formula dengan konsentrasi tinggi, sehingga konsumsi protein mencapai 6 g/kg BB. Batas yang dianjurkan untuk konsumsi protein adalah dua kali Angaka Kecukupan Gizi (AKG) untuk protein. Selain itu menyebabkan penyakit albuminuria adalah simtoma terdapatnya sejumlah konsentrasi albumin di dalam urin. Albumin yang mencapai ginjal melalui pembuluh darah pada umumnya akan mengalami filtrasi pada glomerulus dan diserap kembali oleh tubula proksimal menuju sirkulasi darah. Laju albumin yang terlepas dari penyerapan proksimal ke dalam urin, yang melebihi 150 miligram/24 jam telah dianggap secara medis sebagai patologis. Penyebab penyakit albuminuria adalah kurangnya asupan air ke dalam tubuh , jadinya memperberat kerja ginjal, asupan protein, kalsium, dan vitamin C berlebihan membuat glomerulus harus bekerja lebih keras.
                        Cara mengatasi albuminuria atau bahkan mengurangi resiko yang lebih fatal terjadinya albuminuria yaitu dengan cara membiasakan diri minum 8 gelas sehari, walaupun sebetulnya tidak merasa haus. Selain itu pencegahannya juga dapat dilakukan dengan tidak mengonsumsi hanya salah satu zat gizi saja secara berlebihan (misalnya hanya protein atau kalsium saja). Artinya makanan yang kita makan juga haru seimbang, baik dari segi jumlah maupun kadar gizinya.

3.3       Tips Pencegahan Penyakit yang Ditimbulkan oleh Protein
            Bagi seseorang yang telah dewasa, penyakit kekurangan protein bisa ditanggulangi dengan mengkonsumsi protein secara cukup dan rutin. Hal itu bisa dilakukan dengan mengubah menu makanan setiap hari, konsumsi makanan yang mengandung protein yang banyak misalnya daging, telur, buah-buahan dan sayuran. minuman bergizi juga tidak boleh dilupakan misalnya susu sapi, madu, minyak zaitun dan lainnya.
Sedangkan bagi balita, penyakit ini bisa dicegah dengan menunda masa penyapihan yang prematur, dengan tetap memberikan air susu ibu yang eksklusif, memberikan makanan pendamping bagi bayi yang mencukupi kebutuhan proteinnya, serta melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala.
Itulah pembahasan kita mengenai berbagai penyakit akibat kekurangan protein. Diharapkan bagi anda dan para ibu agar memperhatikan asupan makanan. Perbanyak makanan yang mengandung protein bila mengalami salah satu penyakit kekurangan protein. Cara lainnya untuk menanggulangi kekurangan / kelebihan protein, maka dapat dilakukan upaya penanggulangan sebagai berikut :
·         Pemantauan Status Gizi (PSG) masyarakat.
·         Pemberian Makanan Tambahan (PMT).
·         Pemantauan garam beryodium.
·         Pemberian kapsul vitamin A.
·         Pemberian tablet Fe.
·         Pengumpulan data KADARZI.



BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

4.1       Simpulan
            Agen penyakit adalah substansi tertentu yang terjadi karena kehadiran atau ketidak hadirannya dapat menimbulkan atau mempengaruhi perjalanan suatu penyakit. Agen penyakit dapat berupa nutrisi atau gizi seperti protein. Ketidakseimbangan konsumsi protein akan mengakibatkan beragam penyakit. Misal saja penyakit kurang energi protein atau yang sering dikenal dengan penyakit KEP seperti kwashiorkor dan marasmus pada wanita hamil dan anak.
             Kekurangan protein banyak terdapat pada masyarakat sosial ekonomi rendah. Setidaknya ada 4 faktor yang melatarbelakangi penyakit kurang kalori protein (KKP), yaitu: masalah sosial, ekonomi, biologi, dan lingkungan.
             Penyakit kekurangan protein bisa ditanggulangi dengan mengkonsumsi protein secara cukup dan rutin. Hal itu bisa dilakukan dengan mengubah menu makanan setiap hari, konsumsi makanan yang mengandung protein yang banyak misalnya daging, telur, buah-buahan dan sayuran. minuman bergizi juga tidak boleh dilupakan misalnya susu sapi, madu, minyak zaitun dan lainnya.

4.2        Saran
1.         Bagi Masyarakat (Wanita hamil dan anak)
            Diharapkan Masyarakat (Wanita hamil dan anak) untuk memperhatikan pola makan sehari-hari dengan mempertimbangkan asupan gizi khususnya protein agar kebutuhan tubuh akan nutrisi yang satu ini terpenuhi. Dengan demikian, kita dapat menghindari penyakit kurang kalori protein (KEP).
2.         Bagi Lembaga/ Kader Kesehatan
            Baik pihak kader maupun organisasi/ lembaga kesehatan untuk menantiasa meningkatkan pelayanan kesehatan dengan mengadakan sistem kesehatan yang efektif, efisien, dan optimal serta senantiasa mengadakan pemantauan status gizi keluarga atau masyarakat. Sehingga, masalah gizi buruk (KEP) dapat diminimalisasi.
3.         Bagi Pemerintah
            Kepada pemerintah hendaknya senantiasa melakukan program kerja yang dapat meningkatkan masalah ekonomi bangsa. Karena pada dasarnya perekonomian adalah akar masalah dari timbulnya masalah gizi buruk di sebuah negara. Selain itu, pemerintah ikut andil dalam mencanangkan program-program kesehatan dengan tujuan meningkatkan gizi masyarakat secara global.



DAFTAR PUSTAKA

Alkhatiri, Saleh. 1996. Penuntun Hidup Sehat Menurut Ilmu Kesehatan Modern. Surabaya: Airlangga University Perss.
Arisman. 2007. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Dampak Kekurangan dan Kelebihan Protein bagi Tubuh, http://www.google.com. Diakses tanggal 8 Maret 2013.
Irianto, Kus dan Kusno Waluyo. 2004. Gizi dan Pola Hidup Sehat. Bandung: Yrama Widya.
Pribadi, Arif. 2010. Biology 2. Jakarta: Yudhistira.
Sukardji, Kartini. 2003. Pengkajian Status Gizi. Jakarta: Pusat Diabetes dan Lipid RSCM/FKUI dan Instalasi Gizi RSCM.
Tim Penyusun Pusat Kamus.2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka